Jumat, 21 Oktober 2016

Buku NIKAH



Daftar Isi                   .........................................................................................
Halaman Persembahan ....................................................................................
Kata Pengantar        .........................................................................................
Makna Pernikahan & Hukumnya            .................................................................
Apa Niat kita ?          ..........................................................................................
Mengapa Kita harus Menikah ?    .................................................................
Pernikahan yang Barakah .............................................................................
Surga itu adalah Pernikahan        .................................................................
Penutup ; Doa          .........................................................................................
Pesan-pesan              .........................................................................................
Daftar Pustaka         ..........................................................................................
                                                             Halaman Persembahan
Kami persembahkan teruntuk seluruh keluarga besar kami,
terima kasih kepada segenap dewan guru MI MABADIL  HUDA  Banjaran, IKASUDA (Ponpes. Sunni Darussalam Yogyakarta), alumni UIN Sunan  Kalijaga Yogyakarta 2009 (Sahabat Semrawut ’09), Keluarga HLF (Happy Litle Family), alumni MA HA BA 2009, alumni MTs GUPPI 2007, Sahabat tercinta q-ran, sahabat kecilku S-SIX, Organisasi Pemuda-pemudi FKPM dan PM, kepada teman-teman semuanya serta kepada tamu undangan yang tak bisa kami sebut satu persatu.
Kepada Engkau Saja
Kepada engkau yang ku sebut cinta
Tak banyak yang mampu ku katakan
Namun kesungguhan tak kan mampu ku bilangkan
Kepada engkau yang datang menawarkan tenang
Membawa hal baru dan harapan
Menanamkan impian, meneguhkan keyakinan
Kepada engkau yang hadir menawarkan bahagia
Ingin ku relakan  rindu bermuara 
Kelak, kala pagi datang
Di balik jendela  ku peluk kau dengan penuh cinta
Agar kau percaya selain di langit
Ada Tuhan menciptakan surga
Teruntuk engkau saja
Teruslah tumbuh lebih baik
Tetaplah ingat diri sendiri
Bahwa banyak hal yang harus dijaga dengan hati
Kau adalah bagian dari alasan menemukan bahagia kembali
Terima kasih untuk hari-hari yang telah terlewati
Kepada engkau saja
Tetaplah berseri keras mempertahan apa yang kita bina
Semoga menjadi akhir cinta yang bahagia
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr. Wb.                                                                                                           Para undangan yang dirahmati Allah,
Tidak ada yang pantas bagi kami untuk mengucapkan hal lain sebelum mengucapkan Alhamdulillahi robbil alamin, segala puji bagi Allah atas segala limpahan rahmat yang tak terhingga, sehingga kami dapat menyelesaikan risalah kecil ini. Tidak ada daya bagi siapapun untuk melakukan sesuatu tanpa seizin-Nya. Semoga Allah Swt. Memberikan keberkahan dan keridhaan atas langkah kecil ini. Shalawat serta salam semoga tetap dilimpahkan Nya kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw. Semoga kita mendapat syafaat di yaumul qiyamah nanti.
Berbicara tentang pernikahan adalah sebuah peristiwa besar dalam hidup manusia. Sebuah ikatan seumur hidup, perjanjian teguh (Mitsaqon gholizho), dalam surat ar-rum ayat 21, Allah berfirman: “Termasuk tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Allah menciptakan jodohmu dari jenismu sendiri, agar kamu menemukan ketenangan di sampingnya, ia juga menciptakan kasih sayang (yang mengikat). Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar merupakan tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”
Risalah kecil ini merupakan refleksi kami atas peristiwa hari ini dan sesudahnya. Risalah kecil ini tidak dimaksudkan sebagai petunjuk maupun panduan bagi yang akan menikah atau telah menikah. Apa yang kami tulis dalam risalah ini hanya untuk berbagi cerita tentang bagaimana mengarungi dan menapaki perjalanan dalam menggapai keridhaan Allah Swt.
Risalah kecil ini kami persembahkan sebagai kado pernikahan. Semoga Allah Swt. Memberikan kemanfaatan dan keridhaan. Terima kasih yang tak terhingga kepada para undangan yang telah bersedia hadir dan memberikan restu dan doa yang tulus. Semoga Allah Swt. Membalas kebaikan para hadirin semua.
Wa billahi taufiq wal hidayah, Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Banjaran; 11 Juli 2016
Hormat Kami,

Nur Khalimah & Nur Sholihin
Makna Pernikahan & Hukumnya
Pernikahan dalam agama Islam mempati posisi yang sangat penting, sebab  masalah pernikahan berkaitan dengan hubungan antara laki-laki dan perempuan, masa  depan agama dan bangsa. Islam juga menetapkan berbagai ketentuan untuk mengatur fungsinya keluarga  sehingga dengan pernikahan yang sah,   suami dan istri dapat memperoleh kedamaian, kecintaan, keamanan dan ikatan kekerabatan. Unsur-unsur ini sangat diperlukan  untuk mencapai tujuan  pernikahan yaitu semata-mata karena Allah dan ibadah kepada-Nya.
Secara syar’i pernikahan adalah ikatan yang menjadi halalnya antara laki-laki dan perempuan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia mengartikan kata nikah sebagai berikut: 1) Perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri (dengan resmi). 2) Perkawinan. Jika kita merujuk pada Undang-undang perkawinan nomor 1 Tahun  1974 pasal 1 menyatakan: “perwakinan atau pernikahan adalah sebuah ikatan batin antara laki-laki dan perempuan sebagai suami istri, dengan tujuan membentuk rumah tangga yang bahagia dan abadi berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa.”
Klasifikasi Hukum Menikah
Dalam kitab qurrotul uyun yang diterjemahkan K.H. Misbah Mustofa, mengklasifikasikan hukum menikah. Hukum menikah itu sangat tergantung pada keadaan orang yang hendak melakukannya, diantaranya:
1.    Wajib yaitu apabila orang yang hendak menikah itu telah mampu, namun jika ia tidak menikah sangat dikhawatirkan akan berbuat zina.
2.   Sunnah yaitu apabila seseorang yang hendak menikah menginginkan sekali mempunyai anak, tetapi ia mengendalikan diri dari berbuat zina. Walaupun sebenarnya ia sudah berniat menikah ataupun belum, meskipun jika menikah nanti ibadah sunah yang sudah biasa ia lakukan akan terbengkalai.
3.   Makruh  yaitu apabila orang yang hendak menikah belum berminat punya anak, juga belum berminat menikah sedangkan ia mampu menahan diri dari berbuat zina, padahal apabila ia menikah ibadah sunahnya akan terbengkalai.
4.   Mubah  yaitu apabila orang yang hendak menikah mampu menahan nafsunya dari berbuat zina, sementara ia belum berminat memiliki anak dan seandainya ia menikah ibadah sunahnya tidak sampai terlantar.
5.    Haram yaitu bagi orang yang apabila menikah justru akan merugikan istrinya karena ia tidak mampu memberi nafkah batin dan nafkah lahir ataupun jika menikah ia akan mencari mata pencaharian yang diharamkan Allah, walaupun orang tersebut sebenarnya sudah berminat menikah dan ia mampu menahan hawa nafsunya dari berbuat zina.
Apa Niat kita ?
Bagi seorang muslim, keimanan merupakan landasan setiap gerak dalam menjalani setiap aktifitas. Sehingga apa yang kita lakukan sebagai aktifitas ibadah kepada-Nya. Maka pernikahan yang dinilai Allah sebagai perwujudan keimanan kepada-Nya, sebaiknya dilandasi dengan niat menikah semata-mata karena Allah ta’ala bukan karena lainnya. Jika menikah karena harta, rupa, kedudukan, ataupun keturunan semata, tentunya yang didapatkan adalah apa yang diniatkan saja. Sebagaimana hadist Nabi Muhammad Saw. “Innamal a’maalu binniyyat” yang artinya sesungguhnya segala sesuatu perbuatan tergantung niatnya.
Hadis Nabi Muhammad Saw.; “Innamal a'malu binniyati” mungkin kita semua sudah pernah mendengar hadis ini. Barangkali malah sudah sangat sering mendengar. Kadang malah menjadi alasan bagi sebagian orang untuk memaafkan diri sendiri ketika melakukan perbuatan keliru. Dalilnya, bukankah setiap perbuatan dinilai berdasarkan niatnya? Aku ingatkan kepada diriku sendiri, bukan demikian itu yang disebut niat. Bukan. Niat yang sesungguhnya melandasi perbuatan, bukanlah apa yang dengan mudah engkau ucapkan lalu engkau hapus di saat lain yang engkau kehendaki. Kalau seorang gadis memintamu untuk memboncengkannya sedangkan engkau sudah lama sekali menginginkan, maka tidak bisa engkau menyertainya dengan niat menolong sebagai sesama muslim meskipun niat itu engkau ucapkan berulang-ulang. Bukankah hatimu sendiri sudah gelisah dan tidak tenang? Aku ingatkan kepada diriku sendiri dan orang-orang yang aku cintai, mintalah kepada Allah penjagaan niat dari kotoran-kotoran yang tidak engkau ketahui dan penyakit hati yang tidak mampu engkau hilangkan sendiri saat ini. Semoga Allah mengampunimu dan memperbaiki niat kita.
Dari Anas r.a., Rasulullah Saw. bersabda, "Siapa yang menikahi seorang wanita karena kedudukannya, Allah hanya akan menambah kehinaan kepadanya; siapa yang menikahinya karena kekayaan, Allah hanya akan memberinya kemiskinan; siapa yang menikahi wanita karena bagus nasabnya, Allah akan menambah kerendahan padanya. Namun, siapa yang menikah karena ingin menjaga pandangan dan nafsunya atau karena ingin mempererat kasih-sayang, Allah akan senantiasa membarakahi dan menambah kebarakahan itu kepadanya." (HR Ath-Thabrani).
Dari 'Abdullah bin Amr r.a., Rasulullah Saw bersabda, "Janganlah kamu menikahi seorang wanita karena kecantikannya, mungkin saja kecantikan itu membuatnya hina. Janganlah kamu menikahi seorang wanita karena hartanya, mungkin saja harta itu membuatnya melampaui batas. Akan tetapi nikahilah seorang wanita karena agamanya. Sebab, seorang wanita yang shaleh, meskipun buruk wajahnya adalah lebih utama." (HR Ibnu Majah).
Dalam riwayat lain, Rasulullah Saw. bersabda, berdasarkan ”dan sesungguhnya setiap orang hanya memperoleh apa yang ia niatkan; barangsiapa yang hijrahnya (diniatkan) kepada Allah dan Rasul-Nya maka (nilai) hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa hijrahnya (diniatkan) kepada dunia yang ingin diraihnya atau perempuan yang ingin dinikahinya maka (nilai) hijrahnya adalah kepada apa yang menjadi tujuan hijrahnya itu." (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Turmudzi dan An-Nasa'i, shahih).
Awalnya dari niat. Nikah juga diawali dengan niat. Niat yang baik dan jernih akan mendekatkan kepada barakah. Semakin baik niat kita, insya-Allah semakin barakah rumah tangga kita, sekalipun kita tidak bisa menunaikan seluruh perkara yang kita niatkan dengan sebaik-baiknya. Bahkan kalau kita tidak bisa mengamalkan apa yang sudah kita niatkan dengan sungguh-sungguh, maka bagi kita apa yang kita niatkan. Allah menyempurnakan apa yang kita niatkan, sekalipun kita tidak bisa melaksanakan. Tetapi beda sekali antara niat yang sungguh-sungguh kuat dengan mengada-adakan niat. Semoga Allah menyelamatkan kita dari ghurur (terkelabui). Kita menyangka kita punya niat, padahal hanya angan-angan yang kemudian kita jelaskan dengan akal. Adapun jika engkau telah berniat dengan niat yang baik, maka berbahagialah, sebab Rasulullah Saw. bersabda, "Niat orang mukmin lebih baik dari pada perbuatannya. Sementara niat orang fasik lebih jelek dari pada perbuatannya." Maka marilah kita meniatkan satu kebaikan di dalam pernikahan. Niat mendidik anak dengan sebaik-baik pendidikan. Niat menetapkan satu sunnah hasanah dalam keluarga. Niat untuk melaksanakan perbuatan yang mendatangkan barakah bagi kita beserta istri (suami) kita. Niat untuk memuliakan istri dengan perkataan yang lembut, bukan kasar dan menyakitkan. Serta niat lain. Satu niat saja yang sungguh-sungguh ingin kita kerjakan, insya-Allah menjadi pintu barakah, kebaikan berlipat-lipat yang terus berkembang. Hanya Allah yang berhak menentukan kebaikan apa yang dikaruniakan kepada kita di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik Pemberi Kebaikan. Maha Suci Allah dari segala keburukan yang diangan-angankan oleh akal yang keruh. Nah, sekarang ketika akan menikah, apa niat kita....?


Mengapa Kita harus Menikah ?
“Tidak terlihat di antara dua orang yang saling mencintai (sesuatu yang sangat menyenangkan) seperti pernikahan” (HR. Ibnu Majah)
Iman kepada Allah tidaklah cukup hanya terucap dalam lisan. Tetapi butuh pembuktian. Maka menikah termasuk wujud keimanan kepada Allah Swt. Menikah juga bukti rasa kecintaan kepada-Nya yaitu menjalankan sunah-Nya bahwa diciptakannya segala yang ada di muka bumi ini secara berpasang-pasangan supaya manusia dapat berta’aruf  (saling mengenal). Maha suci Allah yang telah menjadikan dunia semakin semarak dengan menciptakan makhluk-Nya berpasang-pasangan. Sebagaimana firmannya: "Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (Adz-dzariyat: 49)
Pernikahan adalah keagungan yang diberikan Tuhan kepada manusia. Di dalamnya ada keindahan dan ketenteraman. Di dalamnya ada rasa cinta kepada kekasih yang menemukan tamannya. Di dalamnya juga ada ladang amal shalih. Jodoh ada di tangan Tuhan. Kadang-kadang seorang wanita mendapatkan pendamping yang sekilas menurut pandangan mata zhahir  manusia, tidak sepadan ilmu maupun ibadahnya. Wanitanya sangat khusyuk dalam beribadah, kuat menegakkan shalat malam dan tinggi ilmu agamanya. Sedangkan laki-laki yang menikahinya, ternyata tidak sebanding dalam hal ilmu maupun ibadah. Sebaliknya juga bisa terjadi. Laki-lakinya sangat luas pengetahuannya mengenai kitab-kitab yang berisi ilmu-ilmu agama. Bekas shalatnya tampak di kening. Tetapi istrinya sekilas tidak mencapai kedudukan yang sederajat karena ilmu dan ibadahnya  yang kurang Allah Maha Bijaksana. Ia mengetahui kebaikan-kebaikan besar yang tidak nampak dalam penglihatan mata akal kita.
Sebagian dari pernikahan semacam itu adalah ujian, kecuali jika mereka memang memilih bukan atas dasar agama. Mereka menikahi laki-laki atau wanita yang tidak sepadan karena mengejar kemuliaan, harta, atau martabat. Tentang ini Rasulullah telah memperingatkan agar kita tidak terjerumus ke dalamnya. Tetapi, adakalanya pernikahan semacam ini berlangsung tidak karena dorongan-dorongan rendah seperti itu. Pernikahan yang sepintas tidak seimbang itu, membuka ladang amal shalih yang tidak bisa dilakukan oleh mereka yang belum menikah. Tugas suami memang memberi pendidikan dan pengarahan kepada istri. Tetapi ketika istri mempunyai pengetahuan agama yang lebih banyak, dia dapat mengajarkan kepada suaminya apa-apa yang belum diketahui suaminya, dengan niat berbakti kepada suami dalam rangka mencari ridha Allah. Insya-Allah, pada pernikahan yang semacam ini Allah melimpahkan barakah.
Seorang istri yang mengajarkan beberapa pengetahuan agama kepada suaminya, perlu berhati-hati agar tidak terjatuh kepada sikap meninggikan diri di hadapan suami. Sehingga ia tidak mendengarkan kata-kata suaminya dan tidak menaati. Juga, seorang wanita shalihah perlu menjaga diri benar-benar agar sikapnya tidak menjauhkan suami dari ibunya sedemikian sehingga si suami lebih mendengar kata-kata istrinya dan mengabaikan nasehat ibunya. Seorang suami yang memiliki ilmu agama yang lebih tinggi dari istri, dapat menjadi pegangan bagi istri untuk bertanya hal-hal yang tidak diketahuinya. Suami yang demikian ini perlu memiliki sifat yang penuh kasih-sayang, membimbing dan ridha ketika mendidik dan mengarahkan istrinya. Mudah-mudahan istri dapat belajar kepada suaminya bagaimana memberikan pengajaran dan pendidikan kepada anakanak yang lahir dari rahimnya, kelak ketika Allah telah menjadikan dia merelakan rasa sakitnya untuk melahirkan.
Setiap ilmu yang sampai kepada manusia dan diamalkan, maka Allah mengalirkan pahala kepada yang menyampaikan tanpa mengurangi pahala yang melaksanakan sedikit pun. Kalau amalan suami yang diridhai Allah berawal dari ilmu yang disampaikan istri, maka baginya pahala sebanyak yang dilakukan oleh suami tanpa terkurangi. Demikian juga sebaliknya, istri yang mengerjakan kebajikan setelah mendapatkan pendidikan dari suaminya, maka Allah akan mencatat kebaikan yang sama. Insya-Allah, di sinilah ilmu akan barakah sampai anak-cucu. Kalau suami-istri itu adalah ahli ibadah, insya-Allah mereka dapat saling membantu dalam ketakwaan. Kalau istri sudah menjadikan shalat malam sebagai perhiasan hidupnya, sedangkan suami masih belum terbiasa, istri dapat membiasakan suaminya untuk mulai menegakkan shalat malam. Demikian pula bagi seorang suami, ia dapat membimbing istri untuk melakukan shalat malam di rumah. Adapun kalau keduanya belum terbiasa untuk shalat malam, mereka dapat saling membantu.
Sikap dan semangat yang baik, insya-Allah lebih dapat mengantarkan suami-istri kepada jalan kebaikan. Betapa banyak orang yang mempunyai pengetahuan luas, tetapi kurang memiliki keyakinan. Jadi, inilah jawaban kami atas pertanyaan sebagian akhwat mengenai (calon) suami yang ilmu agamanya kurang atau suami yang ilmu agamanya jauh lebih tinggi. Di luar itu, kami  ingin menambahkan. Kita tidak bisa mengukur tinggi tidaknya derajat ketakwaan seseorang. Ada kalanya seseorang mencapai derajat yang tinggi bukan karena banyaknya ibadah yang dilakukan maupun luasnya pengetahuan yang dimiliki. Ia mencapai derajat yang lebih tinggi karena kejujuran dalam kesehariannnya maupun hati yang tidak pernah memiliki prasangka buruk kepada saudaranya sesama muslim, misalnya. Allahu A'lam bishawab.
Islam memandang pernikahan sebagai kemuliaan yang sangat tinggi derajatnya. Islam menganjurkan umatnya untuk menikah. Demikian tingginya kedudukan pernikahan dalam Islam, sehingga menikah merupakan jalan penyempurnaan separuh agama. Rasulullah Saw. bersabda, "Apabila seorang hamba telah berkeluarga, berarti dia telah menyempurnakan separuh dari agamanya. Maka takutlah kepada Allah terhadap separuh yang lainnya." (HR Ath-Thabrani).
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah Saw. bersabda, “Tiga orang yang akan selalu diberi pertolongan oleh Allah adalah seorang mujahid yang selalu memperjuangkan agama Allah Swt., seorang penulis yang selalu memberi penawar, dan seorang yang menikah untuk menjaga kehormatannya.” (HR. Thabrani)
Dalam hadis lain dalam derajat shahih, Rasulullah Saw. bersabda: “Tiga golongan orang yang pasti mendapat pertolongan Allah, yaitu budak mukatab yang bermaksud untuk melunasi perjanjiannya, orang yang menikah dengan maksud memelihara kehormatannya, dan orang yang berjihad di jalan Allah.” (HR Turmudzi, An-Nasa’i, Al-Hakim dan Daruquthni).
Ada baiknya kalau kita alihkan perhatian sejenak kepada peringatan yang disampaikan oleh Rasulullah, “Bukan termasuk golonganku orang yang merasa khawatir akan terkungkung hidupnya karena menikah kemudian ia tidak menikah.” (HR Thabrani).
Rasulullah Saw. bersabda, "Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya." (HR Ahmad dan Abu Daud).
Rasulullah Saw. juga bersabda: "Sesungguhnya seorang hamba yang berakhlak baik akan mencapai derajat dan kedudukan yang tinggi di akhirat, walau ibadahnya sedikit." (HR Thabrani dengan sanad baik).
Masih banyak hadis yang menunjukkan tanda-tanda keimanan melalui sikap, perilaku dan ketinggian moral. Tanda-tanda ini yang dapat engkau perhatikan ketika seorang pemuda meminangmu. Ada tanda lain yang dapat engkau perhatikan, terutama berkait dengan tanggungjawabnya kelak sebagai kepala rumah keluarga. Misal, bagaimana sikapnya terhadap upaya mencari nafkah pada saat ini.
Rasulullah bersabda,"Seorang wanita yang penuh barakah dan mendapat anugerah Allah adalah yang maharnya murah, mudah menikahinya, dan akhlaknya baik. Namun sebaliknya, wanita yang celaka adalah yang mahal maharnya, sulit menikahinya, dan buruk akhlaknya."
Dari 'Aisyah r.a., bahwa Rasulullah bersabda, "Nikah yang paling besar barakahnya adalah yang paling kecil maharnya." Nikah yang paling besar barakahnya bukan yang sangat besar maharnya, sehingga menimbulkan decak kagum pada tetangga dan kenalan, serta perasaan takut dan gemetaran pada orang-orang berikutnya yang mau nikah. Nikah yang paling besar barakahnya bukan yang paling banyak hadiahnya, sehingga menimbulkan perasaan malu bagi saudara-saudara dan kerabat yang menikah tanpa hadiah sebesar itu dari calon suaminya. Jadi, begitulah. Selebihnya, wallahu A'lam bishawab.
Mengapa Engkau Persulit Dirimu? Banyak saudara-saudara kita yang harus berkeringat deras untuk bisa mencapai pernikahan. Banyak yang bingung harus bagaimana lagi agar desakan untuk menikah bisa surut, sementara puasa sudah dijalaninya dengan istiqamah. Banyak yang harus melewatkan malam-malamnya dengan perasaan gelisah yang memuncak, sehingga kadang harus diteduhkan dengan air mata, demi menenangkan hati dari kerinduan bersanding dengan teman hidup. Banyak yang terbangun dari tidurnya yang tidak nyenyak untuk merintih kepada Tuhan, banyak yang resah dan kemudian Allah menolongnya. Tetapi ada juga yang dimudahkan jalannya oleh Allah untuk menikah. Disaat ada orang-orang yang harus jatuh bangun menghadapi kesulitan, ia dengan ringan dilapangkan jalan untuk menikah. Pada saat ada sejumlah orang yang dihimpit kesedihan karena keinginan untuk menikah semasa masih kuliah tak bisa terlaksana, justru ada yang menyembunyikan pernikahan karena alasan-alasan yang tak prinsip. Padahal kita dianjurkan untuk segera mengumumkan pernikahan. Walimah, salah satu fungsinya adalah untuk mengabarkan kepada masyarakat tentang pernikahan kita. Mengumumkan nikah bisa merupakan bentuk syukur kita kepada Allah yang telah menyempurnakan setengah dari agama kita. Juga untuk menghindarkan saudara-saudara kita dari fitnah dan tindakan memfitnah kita.
Pernikahan yang Barakah
Dalam pernikahan yang barakah, insya-Allah akan tumbuh sakinah. Antara suami dan istri, tumbuh perasaan kasih dan sayang. Perasaan ini bukan sejenis luapan-luapan sesaat, sehingga semakin kering ketika pernikahan sudah dimakan usia. Ketika sebuah pernikahan barakah, suami merasa semakin sayang ketika tertegun memandang istrinya yang semata wayang. Istri merasakan getaran cinta yang semakin mendalam saat memandangi wajah suaminya. Bagaimana keluarga yang sakinah itu? Allahu A'lam bishawab.
Hadis berikut mudah-mudahan dapat memahamkan kita sebagian di antara tanda-tandanya. "Tiga kunci kebahagiaan seorang laki-laki," kata Rasulullah Saw. menunjukkan, "adalah istri shalihah yang jika dipandang membuatmu semakin sayang dan jika kamu pergi membuatmu merasa aman, dia bisa menjaga kehormatan dirinya dan hartamu; kendaraan yang baik yang bisa mengantar ke mana kamu pergi; dan rumah yang damai yang penuh kasih sayang. Tiga perkara yang membuatnya sengsara adalah istri yang tidak membuatmu bahagia jika dipandang dan tidak bisa menjaga lidahnya juga tidak membuatmu merasa aman jika kamu pergi karena tidak bisa menjaga kehormatan diri dan hartamu; kendaraan rusak yang jika dipakai hanya membuatmu lelah namun jika kamu tinggalkan tidak bisa mengantarmu pergi; dan rumah yang sempit yang tidak kamu temukan kedamaian di dalamnya." "Akan lebih sempurna ketakwaan seorang Mukmin," kata Rasulullah Saw., "jika ia mempunyai seorang istri shalihah; jika diperintah suaminya ia patuh, jika dipandang membuat suaminya merasa senang, jika suaminya bersumpah membuatnya merasa adil, jika suaminya pergi ia akan menjaga dirinya dan harta suaminya." Tetapi, tidak semua pernikahan mendapatkan barakah. Adakalanya, indahnya pernikahan segera kering setelah masa pengantin baru berlalu. Setahun belum berlalu, tetapi rumah tangga sudah dipenuhi oleh rasa jemu. Anak belum lagi satu, malah istri baru menjalani kehamilan pertama, tetapi hubungan keduanya justru semakin kaku. Bahkan lebih kaku dibanding malam pertama, saat keduanya masih belum begitu kenal. Apa yang menyebabkan pernikahan tidak barakah? Wallahu A'lam bishawab.
Kami hanya bisa berharap kepada Allah Swt semoga Ia menjadikan pernikahan kami, juga pernikahan Anda, dibarakahi dan diridhai-Nya. Dengan demikian, pernikahan semakin mendekatkan kita kepada-Nya. Bukan justru mendatangkan kekecewaan-kekecewaan yang membuat kita sulit bersyukur kepada Allah Swt. Betapa banyak nikmat Allah. Akan tetapi alangkah sulitnya mensyukuri sekian banyak karunia-Nya, kalau hati penuh kekecewaan. Tulisan ini merupakan doa kami, mudah-mudahan kami dan Anda mencapai pernikahan yang barakah. Sejauh yang kami bisa, kami berusaha untuk membahas beberapa hal yang menjadikan pernikahan tidak barakah atau berkurang kebarakahannya. Mudah-mudahan, dengan demikian kami dan Anda semuanya dapat mengambil pelajaran. Sehingga kita bisa menghindarkan diri dari keadaan-keadaan yang mengurangkan barakah. Apalagi sampai menghilangkan barakah.
Ada pernikahan yang penuh barakah. Ada pernikahan yang sedikit kebarakahannya. Dan yang paling menakutkan, adalah pernikahan yang tidak akan pernah ada kebarakahan di dalamnya. Pernikahan yang bagaimanakah yang tidak akan pernah ada kebarakahan di dalamnya? Rasulullah Saw. menunjukkan, "Barangsiapa yang menikahkan (putrinya) karena silau akan kekayaan laki-laki itu meskipun buruk agama dan akhlaknya, maka tidak pernah pernikahan itu akan dibarakahi-Nya." Sebagian pernikahan kurang barakah karena niatnya yang tidak tepat. Sebagian disebabkan oleh berbagai hal selama proses berlangsung. Sebagian dipengaruhi oleh pelaksanaan pernikahan. Sebagian disebabkan akhlak setelah menikah. Tetapi perubahan akhlak setelah menikah, banyak disebabkan oleh niat orang yang menikah dan yang menikahkan (karena itu, ajaklah orangtua berbicara). Pernikahan yang barakah insya-Allah justru menjadikan akhlak keduanya semakin baik. Bila sebelumnya masih kurang sesuai dengan keutamaan akhlak, insya-Allah setelah menikah mereka menjadi baik akhlaknya. Ini berdasarkan hadis Nabi: "Kawinkanlah (zawwajuu) orang-orang yang masih sendirian di antara kamu, sesungguhnya Allah akan memperbaiki akhlak mereka, meluaskan rizki mereka, dan menambah keluhuran mereka."
Rasulullah juga mengingatkan, Pada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dari Anas r.a., Rasulullah bersabda, "Orang yang menikahi wanita karena kedudukannya, Allah hanya akan menambahinya kehinaan; yang menikahinya karena kekayaannya, Allah hanya akan memberinya kefakiran; yang menikahinya karena nama besar keturunannya, Allah justru akan menambahinya kerendahan. Namun, laki-laki yang menikahi wanita hanya karena menjaga pandangan mata dan memelihara nafsunya atau untuk mempererat hubungan kasih-sayang (silaturrahim), maka Allah akan membarakahi laki-laki itu dan memberi kebarakahan yang sama pada wanita itu sepanjang ikatan pernikahannya." Mudah-mudahan Allah memberikan taufik dan hidayah kepada kita, kemudian melimpahkan barakah dan ridha-Nya. Allahumma amin.
Surga itu adalah Pernikahan
Jika  ada surga di dunia, maka surga itu adalah pernikahan yang bahagia. Tetapi jika ada neraka di dunia, itu adalah rumah tangga yang penuh pertengkaran dan kecurigaan-kecurigaan yang menakutkan di antara suami dan istri.
Selengkapnya, mari kita simak kisah pernikahan Uqail bin Abu Thalib dengan seorang wanita dari kalangan Bani Jasym. Seperti lazimnya upacara pernikahan, tamu-tamu berdatangan. Dan seperti lazimnya upacara pernikahan di masa sekarang, para tamu ketika itu memberi ucapan selamat sekaligus sebagai do'a. "Semoga bahagia dan banyak anak," kata para tamu kepada pengantin laki-laki. Menerima ucapan selamat seperti itu, Uqail segera teringat Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Kemudian ia berkata, "Jangan kalian mengatakan demikian, karena sesungguhnya Rasulullah Saw. telah melarang hal tersebut." "Kalau demikian," kata mereka, "apakah yang harus kami katakan, wahai Abu Zaid?" "Katakanlah oleh kalian," jawab Uqail, "Semoga Allah membarakahi Anda sekalian dan melimpahkan barakah kepada Anda. Demikian yang diperintahkan kepada kita." Hadis ini mengajarkan kepada kita bahwa yang paling penting untuk dicari dalam pernikahan bukan kebahagiaan. Yang paling penting justru barakah, konsep yang sangat sering terdengar tetapi tidak banyak diketahui artinya. Men-do'akan pengantin baru agar dapat mencapai pernikahan yang bahagia dan sekaligus banyak anak dilarang (makruh). Sebaliknya, sunnah bagi kita mendo'akan saudara kita yang menikah dengan do'a semoga Allah memberkahimu (barokallah). Mudah-mudahan pernikahan itu barakah bagi pengantinnya dan barakah atas pengantin-nya, yakni barakah pernikahan tersebut juga terasakan oleh orang-orang di sekelilingnya. Kalau begitu, apakah "bahagia dan banyak anak" meru-pakan kata yang tabu dalam pernikahan yang Islami? Bukan begitu.
Islam justru mengingatkan kita agar tidak melupakan kriteria memilih istri agar dapat memperoleh kesenangan dan banyak anak. "Kawinilah wanita yang subur rahimnya (waluud) dan pencinta," Rasulullah Saw. juga pernah menganjurkan, "Pilihlah yang masih gadis karena ia lebih manis mulutnya, lebih dalam kasih-sayangnya, lebih terbuka, dan lebih menginginkan kemudahan."
Tetapi ada yang unik. Kita dilarang mendo'akan orang yang menikah agar mendapat kebahagiaan dan banyak anak dalam pernikahannya. Kita diminta untuk mendo'akan mereka semoga Allah membarakahi pengantin itu dan melimpahkan barakah bagi mereka. Yang pertama, mendo'akan agar mereka menjadi suami istri yang penuh barakah, sehingga sekelilingnya ikut terkena barakahnya. Yang kedua, mendo'akan agar mereka mendapatkan barakah. Mengapa kita disuruh mendo'akan dengan do'a barakah dan tidak dengan do'a banyak anak, padahal ada beberapa anjuran untuk memperbanyak anak? Sekali lagi, Allahu A'lam bishawab.
Ketika bertemu kawan, kita juga mendo'akan barakah. Tapi sebelum sampai kepada barakah, kita mendo'akannya semoga Allah melimpahkan salam (kedamaian dan ketentraman) dan rahmat. Maka kita pun mengucapkan assalamu-'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Untuk mencapai barakah, orang terlebih dulu memperoleh salam dan rahmat. Sebuah keluarga bisa barakah jika didalamnya ada sakinah. Mereka merasakan ketenteraman. Dalam keadaan diguncang kesulitan atau dikarunia kesuksesan, suami dan istri merasakan ketenteraman saat ber-dekatan. Ketika suami datang dengan wajah kusam berlipat-lipat, istri memberi sambutan hangat bersemangat. Wajahnya tetap teduh dan penuh perhatian sehingga suami semakin sayang. Jika Anda mempunyai istri demikian, bersyukurlah. Anda sudah mendapatkan kunci kebahagiaan.
Apabila keluarga Anda penuh barakah dan Allah melimpahkan barakah atas keluarga Anda, maka Anda akan mendapati rumah tangga yang diliputi oleh mawaddah wa rahmah (ketulusan cinta dan kasih-sayang). Kalau suami resah, ada pangkuan istri yang siap merengkuh dengan segenap perasaannya. Kalau istri gelisah, ada suami yang siap menampung airmata dengan dekapan hangat di dada, serta usapan tangan yang memberi ketenteraman dan perlindungan. Tanpa adanya sakinah, mawaddah wa rahmah, keluarga sulit mencapai barakah dan penuh dengan kebarakahan. Suami-istri tidak bisa saling mencurahkan kasih sayang secara penuh. Mereka tidak bisa saling menerima, mempercayai dan memaafkan kekurangan-kekurangan, padahal setiap kita selalu punya kekurangan. Di sini keluarga dipenuhi oleh keluh-kesah dan kekecewaan. Bukan oleh keadaan ekonomi, melainkan oleh ketidakpuasan terhadap teman hidupnya beserta keluarganya. Sehingga interaksi antar keduanya menjadi kering. Bukan dari hati ke hati, sehingga tidak saling merindukan. Pergi tiga hari saja tidak ditunggu-tunggu kedatangannya. Apalagi sekedar terlambat pulang satu atau dua jam. Dalam keadaan yang demikian, keluarga tidak menjadi tempat terbaik untuk membesarkan anak dan menumbuhkan kekuatan jiwa mereka. Rumah menjadi tempat yang sempit, sehingga anak-anak dan suami tidak menemukan kedamaian didalamnya. Meskipun secara fisik, rumah cukup besar dan megah. Jadi, jika Anda mendo'akan barakah, insya-Allah Anda juga mendo'akan sakinah, mawaddah  wa rahmah  bagi keluarga yang akan dibangun oleh pengantin baru itu. Anda juga mendo'akan mereka mendapatkan keturunan yang barakah. Biar anak banyak asal barakah, sungguh sangat alhamdulillah.
"Barangsiapa menggembirakan hati seorang wanita (istri), "kata Rasulullah Saw., "seakan-akan menangis karena takut kepada Allah. Barangsiapa menangis karena takut kepada Allah, maka Allah mengharamkan tubuhnya dari neraka."
"Sesungguhnya ketika seorang suami memperhatikan istrinya dan istrinya memperhatikan suaminya," kata Nabi Saw. menjelaskan, "maka Allah memperhatikan mereka ber-dua dengan perhatian penuh rahmat. Manakala suaminya merengkuh telapak tangannya (diremas-remas), maka bergu-guranlah dosa-dosa suami-istri itu dari sela-sela jari-jemarinya." (Diriwayatkan Maisarah bin Ali dari Ar-Rafi' dari Abu Sa'id Al-Khudzri r.a.).
Jika pernikahan Anda barakah, insyaAllah Anda mendapati pernikahan sebagai jalan yang menyelamatkan. Siapa saja yang memperoleh keselamatan? Anda sendiri, istri atau suami Anda, anak-cucu serta orangtua Anda, termasuk mertua. Mereka akan saling tolong menolong dengan amalnya sepanjang anak, istri, orang tua dan mertua tetap dalam keimanan dan takwa. Mereka yang derajat amalnya kurang
disusulkan kepada yang derajat amalnya lebih tinggi.
Allah Swt. menjanjikan hal ini dalam surat Az-Zukhruf ayat 70, Masuklah ke surga beserta istri kamu untuk digembirakan. Kemudian, di dalam surat Ar-Ra'd ayat 23, Allah Swt. mengabarkan, Surga 'Adn, mereka masuk ke dalamnya bersama mereka yang saleh di antara orangtua mereka, istri-istri mereka, dan keturunan mereka.
Apabila ingin sungguh-sungguh untuk segera melangsungkan pernikahan, Semoga Allah Swt. menolong mereka yang telah mempunyai niat. Kalau belum lurus niatnya, mudah-mudahan Allah mensucikan niat dan prasangkanya. Kalau telah kuat tekadnya (‘azzam), semoga Allah menyegerakan terlaksananya pernikahan yang barakah dan dipenuhi ridha-Nya. Kalau mereka masih terhalang, mudah-mudahan Allah melapangkan dan kelak memberikan keturunan yang shalih-shalihah. Allahumma amin
Penutup Doa
Semoga Allah menghimpun yang terserak dari keduanya, memberkati mereka berdua, meningkatkan kualitas keturunan mereka, menjadikkaan mereka pembuka pintu-pinttu rahmat, sumber ilmu dan hikmat serta pemberi rasa aman bagi Umat. (Doa Nabi Muhammad SAW pada pernikahan putri beliau Fatimah Az-zahra dengan Ali bin Abi Thalib)
Ya Allah limpahkanlah shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarganya.
Ya Allah Ya Hamid, Engkaulah sang  pemilik pujian. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Mu, karena-Mu kami dapat melaksanakan perintah-Mu dan nabi Agung Muhammad SAW.
Ya Allah Ya Haadi, Engkaulah sang  penuntun hati, jadikanlah kami pasangan suami istri yang saling dapat menjaga kehormatan, saling menghibur tatkala sedang berduka dengan bersabar, saling mengingatkan  untuk bersyukur tatkala bahagia, saling mendoakan dalam kebaikan, ketaqwaan dan saling menyempurnakan dalam beribadah kepada-Mu.
Ya Allah sang pemilik berkah, karuniakanlah berkah-Mu kepada kami, agar rumah tangga kami menjadi sakinah/ tenang tentram, mawaddah wa rohmah serta penuh amanah kini ataupun nanti. Jadikanlah rumah tangga kami penuh kerinduan, sebagaimana rumah tangga Nabi Adam dan ibu Hawa, rumah tangga yang penuh berkah, seberkah rumah tangga Rasulullah SAW dan Siti Khajidah, rumah tangga yang tahan uji, sebagaimana rumah tangga Ali bin Abi Thalib dan Siti Fatimah Az-zahra.
Wahai sang penyejuk hati, kami memohon kepada-Mu  Ya Allah tetapkanlah hati kami dalam agama-Mu agar hati dan rumah tangga kami selalu sejuk sehingga lebih dapat mendorong untuk dekat dan bersyukur kepada-Mu.
Ya Allah Ya Qowiyyu, kami memohon kepada-Mu hati yang kuuat tubuh yang sehat agar kami dapat menjalankan perintah-Mu sebagai hamba-Mu serta kuat dalam menghadapi segala rahmat  yang datang dari-Mu.  Kami meminta kepada-Mu Ya Allah keridhaan setelah keputusan-Mu.
Ya Allah Engkaulah sang  pemilik ksempurnaan, sempurnakanlah kebahagiaan kami  dengan menjadikan pernikahan ini sebagai ibadah kepada-Mu sekaligus sebagai bukti pengikat cinta kami  kepada Rasul-Mu. Kelak tingkatkanlah kualitas generasi penerus, menjadi pembuka pintu rahmat, sumber ilmu dan hikmah serta pemberi rasa aman kepada umat.
Ya Allah Ya ‘Aziz Ya Rozzaq, cukupkanlah kami dengan rizki-Mu yang halal dan cukupkanlah kami dari karunia-Mu. Ya Allah sesuungguhnya kami  memohon kehadirat-Mu, agar Engkau berikan yang terbaik dii dunia ini yang halal dan  agar Engkau berikan manfaat kepada kami dengan sebaik-baaik usaha yang  Engkau ridhai. Ya Allah berikan taufiq  dalam usaha yang Engkau ridhai  dan hindarkanlah kami dari sebab-ssebab kemurkaan-Mu serta dari maksiat kepada-Mu, Ya Allah ampunilah kami...Amin Ya  Robbal Alamin.
Pesan-pesan
”Antara dua hati, bersatu karena rahmat, berjalan karena niat, bersama karena doa-doa terbaik.... ” (Triana Yuniarsih)
”Bila cinta mulai tumbuh di hati, rawatlah cinta dengan mengharap ridha-Nya. Jangan  membiarkannya tumbuh secara liar dan tak terawat. Cinta yang tumbuh dan terawat dengan didasari cinta kepada Rabb-Nya, niscaya akan membawa kebahagiaan. ” (Siti Fathonahtul Munawaroh)
“Cinta adalah tanggung jawab dan komitmen, karena komitmen selalu bisa mendatangkan cinta tapi tidak semua cinta bisa menghasilkan komitmen untuk tumbuh dan berkembang untuk saling memperbaiki diri, untuk saling membahagiakan dan untuk menua bersama. Ikatan pernikahan ini bukanlah akhir dari sebuah cerita  dan perjalanan. Tetapi ini adalah awal dari sebuah cerita yang akan kalian rangkai menjadi cerita paling indah. Semoga perjalanan kalian adalah yang diberkahi, langkah yang diridhai dan perjalanan  yang dapat menghantarkan menuju jannah-Nya.” Amin (Muflikhatus Sholihah)
“Cinta itu selalu ingin memberi bukan meminta. Dia selalu dipenuhi rasa kasih sayang.” (Emy Muzdalifah)
”Jangan nikahi orang yang engkau pikir engkau bisa hidup denganya tetapi nikahilah seseorang yang engkau pikir tak bisa hidup tanpanya. ” (Fenty  Kristiana)
”Jika Tuhan menciptakan mentari di siang hari untuk menerangi kehidupanmu, maka Tuhan juga mendatangkan sosok yang siap menerangi gelapnya jalan kehidupanmu...semoga ia benar-benar sosok penerang itu....barokallah. ” (Ar-rahmah)
”Jodoh itu bukan karena sepadan atau tidak. Cocok menurut pandangan orang atau tidak, tapi jodoh itu takdir dari Sang Maha Cinta dan karunia dari-Nya berupa keyakinan hati untuk saling memilih diantara deretan pilihan terbaik. ” (Amanah Fitria)
“Jodoh itu unik, yang dikejar menjauh yang tanpa sengaja mendekat. Yang diimpikan tak berujung pernikahan. Yang tak pernah dipikirkan dipelaminan. *JODOH*.” (Siti Qudsiyah)
“Kesetiaan akan membuatmu tetap bersama dan kesabaran jadi motivasimu untuk tetap setia.” Setiap saat yang engkau lalui carilah alasan untuk bahagia, setelah itu bahagiakan pasanganmu.” ”Pernikahan adalah tanda ketaqwaan kepada Tuhan-Nya.” (Hendrik Subandrio)
“Lelakiku,,tak  sabar hati ini mennggu hari  dimana engkau halal sebagai lelakiku, imamku dalam kehidupanku dan ayah untuk keturunanku. Hari itu kita akan berseru menyatukan qalbu di depan penghulu, dengan suka cita ku berdoa agar aku kelak mampu menjadi istri yang menemanimu dalam segala warna kehidupan.” (Husnul Khotimah)
”Manusia tanpa cinta bagaikan malam tanpa bintang, (ingat) cinta tanpa ikatan (pernikahan) bagaikan kopi tanpa gula (pahit rasanya. ” (Minanurrohman) 
”Mencintai  bukan hanya sekedar mengucap kata i love u, tapi  membuktikan dengan ijab kabul dan setiamu..... ” ”Pernikahan itu salah satu kunci untuk lebih dekat pada-Nya. ” (Eka Kartini)
”Membina rumah tangga yang bahagia kuncinya Cuma 1 : saling menerima. ” (Dewi Setiawati)
“Pernikahan adalah awal baru dalam kehidupan, awal dari kebahagiaan dan kebersamaan. Jadikan pernikahan kalian sebagai ladang ibadah kepada-Nya. Selamat menempuh hidup baru kakakku...” (SKN)
“Prinsip dua insan untuk menyatu dalam tali pernikahan itu bukan atas dasar prosentase kecocokan, bukan itu. Namun ia dibangun di atas sekian banyak perbedaan. Menikah adalah menyatukan perbedaan. Ada kompromi dan saling memaklumi. Dan akan ada banyak hal natinya, mungkin keduanya harus sepakat dalam ketidaksepakatan. (Aziz Ahmad)
Rasulullah SAW pernah berkata pada Aisyah: “CINTAKU PADAMU BAGAIKAN UNTAIAN TALI.” Aisyahpun tersenyum tersipu. Kemudian setiap kali Aisyah   berpapasan dengan Rasulullah ia bertanya: “Bagaimana untaian tali itu ya Rasulullah?” Rasulullah pun menjawab: “Ia masih sama saja keadaannya seperti semula.” (Ahmad Sholeh)
“Ruh itu sebelum ditiupkan ke dalam janin sifatnya bersih, suci, tapi pada saatnya ruh akan menyesuaikan jasadnya. Maka bai calon istri, calon ibu, marilah kita persiapkan jasad ini dengan bijak supaya tidak terjadi perceraian antara ruh dan jasad karena salah satu tujuan menikah adalah memperoleh keturunan, tentunya yang sholeh-sholikhah. Amin (Sarti’ah)
Daftar pustaka
Adhim, Mohammad Fauzil & Muhammad Nazil. Kado Pernikahan. Yogyakarta:https://mashadiwijaya.files.wordpress.com/2012/09/kado-pernikahanku.pdf, 2016.
Al-Fauzan, Al-‘Allamah Shalih Fauzan. Bekal-bekal Pernikahan. terj Al-Akh Syafruddin. http://dear.to/abusalma, 2016.
Bahtiar, Deni Sultan. Ladang Pahala Cinta Berumah Tangga Menuai Berkah. Jakarta: Amzah, 2012.
Lajnah  Pentashih Mushaf Al-qur’an Departemen  Agama R.I, Al-qur’an dan Terjemahanya. Semarang: CV Alwaah, 1993.
Lusiana, Elvi. 100 Kesalahan dalam Pernikahan. Jakarta: Qultum Media, 2011
Ngafiyah, Siti & Maksum. Kado Pernikahan. Wonosobo: Siti Ngafiyah & Maksum, 2012.
Muhammad, Asy-syekh Al-imam Abu. Terj. K.H. Misbah Mustofa. Qurrotul Uyun; Berbulan Madu Menurut Ajaran Rasulullah. Rembang; al-Balagh, 1997.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar