Daftar
Isi .........................................................................................
Halaman
Persembahan
....................................................................................
Kata
Pengantar .........................................................................................
Makna
Pernikahan & Hukumnya .................................................................
Apa
Niat kita ? ..........................................................................................
Mengapa
Kita harus Menikah ? .................................................................
Pernikahan
yang Barakah .............................................................................
Surga itu adalah Pernikahan .................................................................
Penutup
; Doa .........................................................................................
Pesan-pesan .........................................................................................
Daftar
Pustaka ..........................................................................................
Halaman Persembahan
Kami persembahkan teruntuk seluruh keluarga besar
kami,
terima kasih kepada segenap dewan guru MI
MABADIL HUDA Banjaran, IKASUDA (Ponpes. Sunni Darussalam
Yogyakarta), alumni UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta 2009 (Sahabat Semrawut ’09), Keluarga HLF (Happy Litle Family),
alumni MA HA BA 2009, alumni MTs GUPPI 2007, Sahabat tercinta q-ran, sahabat
kecilku S-SIX, Organisasi Pemuda-pemudi FKPM dan PM, kepada teman-teman
semuanya serta kepada tamu undangan yang tak bisa kami sebut satu persatu.
Kepada
Engkau Saja
Kepada
engkau yang ku sebut cinta
Tak banyak
yang mampu ku katakan
Namun kesungguhan
tak kan mampu ku bilangkan
Kepada
engkau yang datang menawarkan tenang
Membawa hal
baru dan harapan
Menanamkan
impian, meneguhkan keyakinan
Kepada
engkau yang hadir menawarkan bahagia
Ingin ku
relakan rindu bermuara
Kelak, kala
pagi datang
Di balik
jendela ku peluk kau dengan penuh cinta
Agar kau
percaya selain di langit
Ada Tuhan
menciptakan surga
Teruntuk
engkau saja
Teruslah
tumbuh lebih baik
Tetaplah
ingat diri sendiri
Bahwa
banyak hal yang harus dijaga dengan hati
Kau adalah
bagian dari alasan menemukan bahagia kembali
Terima
kasih untuk hari-hari yang telah terlewati
Kepada
engkau saja
Tetaplah
berseri keras mempertahan apa yang kita bina
Semoga
menjadi akhir cinta yang bahagia
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum
Wr. Wb. Para
undangan yang dirahmati Allah,
Tidak
ada yang pantas bagi kami untuk mengucapkan hal lain sebelum mengucapkan Alhamdulillahi
robbil alamin, segala puji bagi Allah atas segala limpahan rahmat yang tak
terhingga, sehingga kami dapat menyelesaikan risalah kecil ini. Tidak ada daya
bagi siapapun untuk melakukan sesuatu tanpa seizin-Nya. Semoga Allah Swt.
Memberikan keberkahan dan keridhaan atas langkah kecil ini. Shalawat serta
salam semoga tetap dilimpahkan Nya kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw.
Semoga kita mendapat syafaat di yaumul qiyamah nanti.
Berbicara
tentang pernikahan adalah sebuah peristiwa besar dalam hidup manusia. Sebuah
ikatan seumur hidup, perjanjian teguh (Mitsaqon gholizho), dalam surat
ar-rum ayat 21, Allah berfirman: “Termasuk tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
Allah menciptakan jodohmu dari jenismu sendiri, agar kamu menemukan ketenangan
di sampingnya, ia juga menciptakan kasih sayang (yang mengikat). Sesungguhnya
yang demikian itu benar-benar merupakan tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”
Risalah
kecil ini merupakan refleksi kami atas peristiwa hari ini dan sesudahnya.
Risalah kecil ini tidak dimaksudkan sebagai petunjuk maupun panduan bagi yang
akan menikah atau telah menikah. Apa yang kami tulis dalam risalah ini hanya
untuk berbagi cerita tentang bagaimana mengarungi dan menapaki perjalanan dalam
menggapai keridhaan Allah Swt.
Risalah
kecil ini kami persembahkan sebagai kado pernikahan. Semoga Allah Swt.
Memberikan kemanfaatan dan keridhaan. Terima kasih yang tak terhingga kepada
para undangan yang telah bersedia hadir dan memberikan restu dan doa yang tulus.
Semoga Allah Swt. Membalas kebaikan para hadirin semua.
Wa billahi taufiq wal hidayah, Wassalamu’alaikum. Wr.
Wb.
Banjaran; 11 Juli 2016
Hormat Kami,
Nur Khalimah & Nur Sholihin
Makna Pernikahan & Hukumnya
Pernikahan
dalam agama Islam mempati posisi yang sangat penting, sebab masalah pernikahan berkaitan dengan hubungan
antara laki-laki dan perempuan, masa
depan agama dan bangsa. Islam juga menetapkan berbagai ketentuan untuk
mengatur fungsinya keluarga sehingga
dengan pernikahan yang sah, suami dan
istri dapat memperoleh kedamaian, kecintaan, keamanan dan ikatan kekerabatan.
Unsur-unsur ini sangat diperlukan untuk
mencapai tujuan pernikahan yaitu
semata-mata karena Allah dan ibadah kepada-Nya.
Secara
syar’i pernikahan adalah ikatan yang menjadi halalnya antara laki-laki dan
perempuan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia mengartikan kata nikah sebagai
berikut: 1) Perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri
(dengan resmi). 2) Perkawinan. Jika kita merujuk pada Undang-undang perkawinan
nomor 1 Tahun 1974 pasal 1 menyatakan: “perwakinan
atau pernikahan adalah sebuah ikatan batin antara laki-laki dan perempuan
sebagai suami istri, dengan tujuan membentuk rumah tangga yang bahagia dan
abadi berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa.”
Klasifikasi Hukum Menikah
Dalam
kitab qurrotul uyun yang diterjemahkan K.H. Misbah Mustofa,
mengklasifikasikan hukum menikah. Hukum menikah itu sangat tergantung pada
keadaan orang yang hendak melakukannya, diantaranya:
1.
Wajib yaitu apabila orang
yang hendak menikah itu telah mampu, namun jika ia tidak menikah sangat
dikhawatirkan akan berbuat zina.
2.
Sunnah
yaitu apabila seseorang yang hendak menikah menginginkan sekali mempunyai anak,
tetapi ia mengendalikan diri dari berbuat zina. Walaupun sebenarnya ia sudah
berniat menikah ataupun belum, meskipun jika menikah nanti ibadah sunah yang
sudah biasa ia lakukan akan terbengkalai.
3.
Makruh yaitu apabila orang yang hendak menikah belum
berminat punya anak, juga belum berminat menikah sedangkan ia mampu menahan
diri dari berbuat zina, padahal apabila ia menikah ibadah sunahnya akan
terbengkalai.
4.
Mubah
yaitu apabila orang yang hendak menikah
mampu menahan nafsunya dari berbuat zina, sementara ia belum berminat memiliki
anak dan seandainya ia menikah ibadah sunahnya tidak sampai terlantar.
5.
Haram yaitu bagi orang yang
apabila menikah justru akan merugikan istrinya karena ia tidak mampu memberi
nafkah batin dan nafkah lahir ataupun jika menikah ia akan mencari mata
pencaharian yang diharamkan Allah, walaupun orang tersebut sebenarnya sudah
berminat menikah dan ia mampu menahan hawa nafsunya dari berbuat zina.
Apa Niat
kita ?
Bagi
seorang muslim, keimanan merupakan landasan setiap gerak dalam menjalani setiap
aktifitas. Sehingga apa yang kita lakukan sebagai aktifitas ibadah kepada-Nya.
Maka pernikahan yang dinilai Allah sebagai perwujudan keimanan kepada-Nya,
sebaiknya dilandasi dengan niat menikah semata-mata karena Allah ta’ala bukan
karena lainnya. Jika menikah karena harta, rupa, kedudukan, ataupun keturunan
semata, tentunya yang didapatkan adalah apa yang diniatkan saja. Sebagaimana
hadist Nabi Muhammad Saw. “Innamal a’maalu binniyyat” yang artinya
sesungguhnya segala sesuatu perbuatan tergantung niatnya.
Hadis Nabi
Muhammad Saw.; “Innamal
a'malu binniyati” mungkin
kita semua sudah pernah mendengar hadis ini. Barangkali malah sudah sangat
sering mendengar. Kadang malah menjadi alasan bagi sebagian orang untuk
memaafkan diri sendiri ketika melakukan perbuatan keliru. Dalilnya, bukankah
setiap perbuatan dinilai berdasarkan niatnya? Aku ingatkan kepada diriku
sendiri, bukan demikian itu yang disebut niat. Bukan. Niat yang sesungguhnya
melandasi perbuatan, bukanlah apa yang dengan mudah engkau ucapkan lalu engkau
hapus di saat lain yang engkau kehendaki. Kalau seorang gadis memintamu untuk
memboncengkannya sedangkan engkau sudah lama sekali menginginkan, maka tidak
bisa engkau menyertainya dengan niat menolong sebagai sesama muslim meskipun
niat itu engkau ucapkan berulang-ulang. Bukankah hatimu sendiri sudah gelisah
dan tidak tenang? Aku ingatkan kepada diriku sendiri dan orang-orang yang aku
cintai, mintalah kepada Allah penjagaan niat dari kotoran-kotoran yang tidak
engkau ketahui dan penyakit hati yang tidak mampu engkau hilangkan sendiri saat
ini. Semoga Allah mengampunimu dan memperbaiki niat kita.
Dari Anas r.a., Rasulullah Saw.
bersabda, "Siapa yang menikahi seorang wanita karena kedudukannya,
Allah hanya akan menambah kehinaan kepadanya; siapa yang menikahinya karena
kekayaan, Allah hanya akan memberinya kemiskinan; siapa yang menikahi wanita
karena bagus nasabnya, Allah akan menambah kerendahan padanya. Namun, siapa
yang menikah karena ingin menjaga pandangan dan nafsunya atau karena ingin
mempererat kasih-sayang, Allah akan senantiasa membarakahi dan menambah kebarakahan
itu kepadanya." (HR Ath-Thabrani).
Dari 'Abdullah bin Amr r.a., Rasulullah
Saw bersabda, "Janganlah kamu menikahi seorang wanita karena
kecantikannya, mungkin saja kecantikan itu membuatnya hina. Janganlah kamu
menikahi seorang wanita karena hartanya, mungkin saja harta itu membuatnya
melampaui batas. Akan tetapi nikahilah seorang wanita karena agamanya. Sebab,
seorang wanita yang shaleh, meskipun buruk wajahnya adalah lebih utama." (HR
Ibnu Majah).
Dalam riwayat lain, Rasulullah Saw.
bersabda, berdasarkan ”dan sesungguhnya setiap orang hanya memperoleh apa
yang ia niatkan; barangsiapa yang hijrahnya (diniatkan) kepada Allah dan
Rasul-Nya maka (nilai) hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan
barangsiapa hijrahnya (diniatkan) kepada dunia yang ingin diraihnya atau
perempuan yang ingin dinikahinya maka (nilai) hijrahnya adalah kepada apa yang
menjadi tujuan hijrahnya itu." (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud,
Turmudzi dan An-Nasa'i, shahih).
Awalnya dari niat. Nikah juga diawali dengan
niat. Niat yang baik dan jernih akan mendekatkan kepada barakah. Semakin baik
niat kita, insya-Allah semakin barakah rumah tangga kita, sekalipun kita tidak
bisa menunaikan seluruh perkara yang kita niatkan dengan sebaik-baiknya. Bahkan
kalau kita tidak bisa mengamalkan apa yang sudah kita niatkan dengan
sungguh-sungguh, maka bagi kita apa yang kita niatkan. Allah menyempurnakan apa
yang kita niatkan, sekalipun kita tidak bisa melaksanakan. Tetapi beda sekali
antara niat yang sungguh-sungguh kuat dengan mengada-adakan niat. Semoga Allah
menyelamatkan kita dari ghurur (terkelabui). Kita menyangka kita punya niat,
padahal hanya angan-angan yang kemudian kita jelaskan dengan akal. Adapun jika
engkau telah berniat dengan niat yang baik, maka berbahagialah, sebab
Rasulullah Saw. bersabda, "Niat orang mukmin lebih baik dari pada
perbuatannya. Sementara niat orang fasik lebih jelek dari pada
perbuatannya." Maka marilah kita meniatkan satu kebaikan di dalam
pernikahan. Niat mendidik anak dengan sebaik-baik pendidikan. Niat menetapkan
satu sunnah hasanah dalam keluarga. Niat untuk melaksanakan perbuatan yang
mendatangkan barakah bagi kita beserta istri (suami) kita. Niat untuk
memuliakan istri dengan perkataan yang lembut, bukan kasar dan menyakitkan.
Serta niat lain. Satu niat saja yang sungguh-sungguh ingin kita kerjakan,
insya-Allah menjadi pintu barakah, kebaikan berlipat-lipat yang terus
berkembang. Hanya Allah yang berhak menentukan kebaikan apa yang dikaruniakan
kepada kita di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik Pemberi
Kebaikan. Maha Suci Allah dari segala keburukan yang diangan-angankan oleh akal
yang keruh. Nah, sekarang ketika akan menikah, apa niat kita....?
Mengapa
Kita harus Menikah ?
“Tidak terlihat di antara dua orang yang
saling mencintai (sesuatu yang sangat menyenangkan) seperti pernikahan” (HR.
Ibnu Majah)
Iman
kepada Allah tidaklah cukup hanya terucap dalam lisan. Tetapi butuh pembuktian.
Maka menikah termasuk wujud keimanan kepada Allah Swt. Menikah juga bukti rasa
kecintaan kepada-Nya yaitu menjalankan sunah-Nya bahwa diciptakannya segala
yang ada di muka bumi ini secara berpasang-pasangan supaya manusia dapat
berta’aruf (saling mengenal). Maha suci
Allah yang telah menjadikan dunia semakin semarak dengan menciptakan
makhluk-Nya berpasang-pasangan. Sebagaimana firmannya: "Dan segala sesuatu
kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.”
(Adz-dzariyat: 49)
Pernikahan
adalah keagungan yang diberikan Tuhan kepada manusia. Di dalamnya ada keindahan
dan ketenteraman. Di dalamnya ada rasa cinta kepada kekasih yang menemukan
tamannya. Di dalamnya juga ada ladang amal shalih. Jodoh ada di tangan Tuhan.
Kadang-kadang seorang wanita mendapatkan pendamping yang sekilas menurut
pandangan mata zhahir manusia,
tidak sepadan ilmu maupun ibadahnya. Wanitanya sangat khusyuk dalam beribadah,
kuat menegakkan shalat malam dan tinggi ilmu agamanya. Sedangkan laki-laki yang
menikahinya, ternyata tidak sebanding dalam hal ilmu maupun ibadah. Sebaliknya
juga bisa terjadi. Laki-lakinya sangat luas pengetahuannya mengenai kitab-kitab
yang berisi ilmu-ilmu agama. Bekas shalatnya tampak di kening. Tetapi istrinya
sekilas tidak mencapai kedudukan yang sederajat karena ilmu dan ibadahnya yang kurang Allah Maha Bijaksana. Ia
mengetahui kebaikan-kebaikan besar yang tidak nampak dalam penglihatan mata
akal kita.
Sebagian
dari pernikahan semacam itu adalah ujian, kecuali jika mereka memang memilih
bukan atas dasar agama. Mereka menikahi laki-laki atau wanita yang tidak
sepadan karena mengejar kemuliaan, harta, atau martabat. Tentang ini Rasulullah
telah memperingatkan agar kita tidak terjerumus ke dalamnya. Tetapi, adakalanya
pernikahan semacam ini berlangsung tidak karena dorongan-dorongan rendah
seperti itu. Pernikahan yang sepintas tidak seimbang itu, membuka ladang amal
shalih yang tidak bisa dilakukan oleh mereka yang belum menikah. Tugas suami
memang memberi pendidikan dan pengarahan kepada istri. Tetapi ketika istri
mempunyai pengetahuan agama yang lebih banyak, dia dapat mengajarkan kepada
suaminya apa-apa yang belum diketahui suaminya, dengan niat berbakti kepada
suami dalam rangka mencari ridha Allah. Insya-Allah, pada pernikahan yang
semacam ini Allah melimpahkan barakah.
Seorang
istri yang mengajarkan beberapa pengetahuan agama kepada suaminya, perlu
berhati-hati agar tidak terjatuh kepada sikap meninggikan diri di hadapan
suami. Sehingga ia tidak mendengarkan kata-kata suaminya dan tidak menaati.
Juga, seorang wanita shalihah perlu menjaga diri benar-benar agar sikapnya
tidak menjauhkan suami dari ibunya sedemikian sehingga si suami lebih mendengar
kata-kata istrinya dan mengabaikan nasehat ibunya. Seorang suami yang memiliki
ilmu agama yang lebih tinggi dari istri, dapat menjadi pegangan bagi istri
untuk bertanya hal-hal yang tidak diketahuinya. Suami yang demikian ini perlu
memiliki sifat yang penuh kasih-sayang, membimbing dan ridha ketika mendidik
dan mengarahkan istrinya. Mudah-mudahan istri dapat belajar kepada suaminya
bagaimana memberikan pengajaran dan pendidikan kepada anakanak yang lahir dari
rahimnya, kelak ketika Allah telah menjadikan dia merelakan rasa sakitnya untuk
melahirkan.
Setiap
ilmu yang sampai kepada manusia dan diamalkan, maka Allah mengalirkan pahala
kepada yang menyampaikan tanpa mengurangi pahala yang melaksanakan sedikit pun.
Kalau amalan suami yang diridhai Allah berawal dari ilmu yang disampaikan
istri, maka baginya pahala sebanyak yang dilakukan oleh suami tanpa terkurangi.
Demikian juga sebaliknya, istri yang mengerjakan kebajikan setelah mendapatkan
pendidikan dari suaminya, maka Allah akan mencatat kebaikan yang sama.
Insya-Allah, di sinilah ilmu akan barakah sampai anak-cucu. Kalau
suami-istri itu adalah ahli ibadah, insya-Allah mereka dapat saling membantu
dalam ketakwaan. Kalau istri sudah menjadikan shalat malam sebagai perhiasan
hidupnya, sedangkan suami masih belum terbiasa, istri dapat membiasakan suaminya
untuk mulai menegakkan shalat malam. Demikian pula bagi seorang suami, ia dapat
membimbing istri untuk melakukan shalat malam di rumah. Adapun kalau keduanya
belum terbiasa untuk shalat malam, mereka dapat saling membantu.
Sikap dan semangat yang baik, insya-Allah
lebih dapat mengantarkan suami-istri kepada jalan kebaikan. Betapa banyak orang
yang mempunyai pengetahuan luas, tetapi kurang memiliki keyakinan. Jadi, inilah
jawaban kami atas pertanyaan sebagian akhwat mengenai (calon) suami yang ilmu
agamanya kurang atau suami yang ilmu agamanya jauh lebih tinggi. Di luar itu, kami ingin menambahkan. Kita tidak bisa mengukur
tinggi tidaknya derajat ketakwaan seseorang. Ada kalanya seseorang mencapai
derajat yang tinggi bukan karena banyaknya ibadah yang dilakukan maupun luasnya
pengetahuan yang dimiliki. Ia mencapai derajat yang lebih tinggi karena
kejujuran dalam kesehariannnya maupun hati yang tidak pernah memiliki prasangka
buruk kepada saudaranya sesama muslim, misalnya. Allahu A'lam bishawab.
Islam memandang pernikahan sebagai
kemuliaan yang sangat tinggi derajatnya. Islam menganjurkan umatnya untuk
menikah. Demikian tingginya kedudukan pernikahan dalam Islam, sehingga menikah
merupakan jalan penyempurnaan separuh agama. Rasulullah Saw. bersabda, "Apabila
seorang hamba telah berkeluarga, berarti dia telah menyempurnakan separuh dari
agamanya. Maka takutlah kepada Allah terhadap separuh yang lainnya." (HR
Ath-Thabrani).
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah Saw.
bersabda, “Tiga orang yang akan selalu diberi pertolongan oleh Allah adalah
seorang mujahid yang selalu memperjuangkan agama Allah Swt., seorang
penulis yang selalu memberi penawar, dan seorang yang menikah untuk menjaga
kehormatannya.” (HR. Thabrani)
Dalam hadis lain dalam derajat shahih,
Rasulullah Saw. bersabda: “Tiga golongan orang yang pasti mendapat
pertolongan Allah, yaitu budak mukatab yang bermaksud untuk melunasi
perjanjiannya, orang yang menikah dengan maksud memelihara kehormatannya, dan
orang yang berjihad di jalan Allah.” (HR Turmudzi, An-Nasa’i, Al-Hakim dan
Daruquthni).
Ada baiknya kalau kita alihkan
perhatian sejenak kepada peringatan yang disampaikan oleh Rasulullah, “Bukan
termasuk golonganku orang yang merasa khawatir akan terkungkung hidupnya karena
menikah kemudian ia tidak menikah.” (HR Thabrani).
Rasulullah Saw. bersabda, "Orang
mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya." (HR
Ahmad dan Abu Daud).
Rasulullah Saw. juga bersabda: "Sesungguhnya
seorang hamba yang berakhlak baik akan mencapai derajat dan kedudukan yang
tinggi di akhirat, walau ibadahnya sedikit." (HR Thabrani dengan sanad
baik).
Masih banyak hadis yang menunjukkan
tanda-tanda keimanan melalui sikap, perilaku dan ketinggian moral. Tanda-tanda
ini yang dapat engkau perhatikan ketika seorang pemuda meminangmu. Ada tanda
lain yang dapat engkau perhatikan, terutama berkait dengan tanggungjawabnya
kelak sebagai kepala rumah keluarga. Misal, bagaimana sikapnya terhadap upaya
mencari nafkah pada saat ini.
Rasulullah bersabda,"Seorang
wanita yang penuh barakah dan mendapat anugerah Allah adalah yang maharnya
murah, mudah menikahinya, dan akhlaknya baik. Namun sebaliknya, wanita yang
celaka adalah yang mahal maharnya, sulit menikahinya, dan buruk
akhlaknya."
Dari 'Aisyah r.a., bahwa Rasulullah
bersabda, "Nikah yang paling besar barakahnya adalah yang paling kecil
maharnya." Nikah yang paling besar barakahnya bukan yang sangat
besar maharnya, sehingga menimbulkan decak kagum pada tetangga dan kenalan,
serta perasaan takut dan gemetaran pada orang-orang berikutnya yang mau nikah.
Nikah yang paling besar barakahnya bukan yang paling banyak hadiahnya,
sehingga menimbulkan perasaan malu bagi saudara-saudara dan kerabat yang
menikah tanpa hadiah sebesar itu dari calon suaminya. Jadi, begitulah.
Selebihnya, wallahu A'lam bishawab.
Mengapa
Engkau Persulit Dirimu? Banyak saudara-saudara kita yang harus berkeringat
deras untuk bisa mencapai pernikahan. Banyak yang bingung harus bagaimana lagi
agar desakan untuk menikah bisa surut, sementara puasa sudah dijalaninya dengan
istiqamah. Banyak yang harus melewatkan malam-malamnya dengan perasaan gelisah
yang memuncak, sehingga kadang harus diteduhkan dengan air mata, demi
menenangkan hati dari kerinduan bersanding dengan teman hidup. Banyak yang
terbangun dari tidurnya yang tidak nyenyak untuk merintih kepada Tuhan, banyak yang resah dan kemudian Allah
menolongnya. Tetapi ada juga yang dimudahkan jalannya oleh Allah untuk menikah.
Disaat ada orang-orang yang harus jatuh bangun menghadapi kesulitan, ia dengan
ringan dilapangkan jalan untuk menikah. Pada saat ada sejumlah orang yang
dihimpit kesedihan karena keinginan untuk menikah semasa masih kuliah tak bisa
terlaksana, justru ada yang menyembunyikan pernikahan karena alasan-alasan yang
tak prinsip. Padahal kita dianjurkan untuk segera mengumumkan pernikahan.
Walimah, salah satu fungsinya adalah untuk mengabarkan kepada masyarakat
tentang pernikahan kita. Mengumumkan nikah bisa merupakan bentuk syukur kita
kepada Allah yang telah menyempurnakan setengah dari agama kita. Juga untuk
menghindarkan saudara-saudara kita dari fitnah dan tindakan memfitnah kita.
Pernikahan yang Barakah
Dalam
pernikahan yang barakah, insya-Allah akan tumbuh sakinah. Antara suami dan
istri, tumbuh perasaan kasih dan sayang. Perasaan ini bukan sejenis luapan-luapan
sesaat, sehingga semakin kering ketika pernikahan sudah dimakan usia. Ketika
sebuah pernikahan barakah, suami merasa semakin sayang ketika tertegun
memandang istrinya yang semata wayang. Istri merasakan getaran cinta yang
semakin mendalam saat memandangi wajah suaminya. Bagaimana keluarga yang
sakinah itu? Allahu A'lam bishawab.
Hadis
berikut mudah-mudahan dapat memahamkan kita sebagian di antara tanda-tandanya.
"Tiga kunci kebahagiaan seorang laki-laki," kata Rasulullah Saw.
menunjukkan, "adalah istri shalihah yang jika dipandang membuatmu semakin sayang
dan jika kamu pergi membuatmu merasa aman, dia bisa menjaga kehormatan dirinya
dan hartamu; kendaraan yang baik yang bisa mengantar ke mana kamu pergi; dan
rumah yang damai yang penuh kasih sayang. Tiga perkara yang membuatnya sengsara
adalah istri yang tidak membuatmu bahagia jika dipandang dan tidak bisa menjaga
lidahnya juga tidak membuatmu merasa aman jika kamu pergi karena tidak bisa
menjaga kehormatan diri dan hartamu; kendaraan rusak yang jika dipakai hanya
membuatmu lelah namun jika kamu tinggalkan tidak bisa mengantarmu pergi; dan
rumah yang sempit yang tidak kamu temukan kedamaian di dalamnya."
"Akan lebih sempurna ketakwaan seorang Mukmin," kata Rasulullah Saw.,
"jika ia mempunyai seorang istri shalihah; jika diperintah suaminya ia
patuh, jika dipandang membuat suaminya merasa senang, jika suaminya bersumpah
membuatnya merasa adil, jika suaminya pergi ia akan menjaga dirinya dan harta
suaminya." Tetapi, tidak semua pernikahan mendapatkan barakah. Adakalanya,
indahnya pernikahan segera kering setelah masa pengantin baru berlalu. Setahun
belum berlalu, tetapi rumah tangga sudah dipenuhi oleh rasa jemu. Anak belum
lagi satu, malah istri baru menjalani kehamilan pertama, tetapi hubungan
keduanya justru semakin kaku. Bahkan lebih kaku dibanding malam pertama, saat
keduanya masih belum begitu kenal. Apa yang menyebabkan pernikahan tidak barakah?
Wallahu A'lam bishawab.
Kami
hanya bisa berharap kepada Allah Swt semoga Ia menjadikan pernikahan kami, juga
pernikahan Anda, dibarakahi dan diridhai-Nya. Dengan demikian, pernikahan
semakin mendekatkan kita kepada-Nya. Bukan justru mendatangkan kekecewaan-kekecewaan
yang membuat kita sulit bersyukur kepada Allah Swt. Betapa banyak nikmat Allah.
Akan tetapi alangkah sulitnya mensyukuri sekian banyak karunia-Nya, kalau hati
penuh kekecewaan. Tulisan ini merupakan doa kami, mudah-mudahan kami dan Anda mencapai
pernikahan yang barakah. Sejauh yang kami bisa, kami berusaha untuk membahas
beberapa hal yang menjadikan pernikahan tidak barakah atau berkurang
kebarakahannya. Mudah-mudahan, dengan demikian kami dan Anda semuanya dapat
mengambil pelajaran. Sehingga kita bisa menghindarkan diri dari keadaan-keadaan
yang mengurangkan barakah. Apalagi sampai menghilangkan barakah.
Ada pernikahan yang penuh barakah.
Ada pernikahan yang sedikit kebarakahannya. Dan yang paling menakutkan,
adalah pernikahan yang tidak akan pernah ada kebarakahan di dalamnya.
Pernikahan yang bagaimanakah yang tidak akan pernah ada kebarakahan di
dalamnya? Rasulullah Saw. menunjukkan, "Barangsiapa yang menikahkan
(putrinya) karena silau akan kekayaan laki-laki itu meskipun buruk agama dan
akhlaknya, maka tidak pernah pernikahan itu akan dibarakahi-Nya."
Sebagian pernikahan kurang barakah karena niatnya yang tidak tepat.
Sebagian disebabkan oleh berbagai hal selama proses berlangsung. Sebagian
dipengaruhi oleh pelaksanaan pernikahan. Sebagian disebabkan akhlak setelah
menikah. Tetapi perubahan akhlak setelah menikah, banyak disebabkan oleh niat
orang yang menikah dan yang menikahkan (karena itu, ajaklah orangtua
berbicara). Pernikahan yang barakah insya-Allah justru menjadikan
akhlak keduanya semakin baik. Bila sebelumnya masih kurang sesuai dengan
keutamaan akhlak, insya-Allah setelah menikah mereka menjadi baik akhlaknya.
Ini berdasarkan hadis Nabi: "Kawinkanlah (zawwajuu) orang-orang
yang masih sendirian di antara kamu, sesungguhnya Allah akan memperbaiki
akhlak mereka, meluaskan rizki mereka, dan menambah keluhuran mereka."
Rasulullah juga mengingatkan, Pada
sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dari Anas r.a., Rasulullah
bersabda, "Orang yang menikahi wanita karena kedudukannya, Allah hanya
akan menambahinya kehinaan; yang menikahinya karena kekayaannya, Allah hanya
akan memberinya kefakiran; yang menikahinya karena nama besar keturunannya,
Allah justru akan menambahinya kerendahan. Namun, laki-laki yang menikahi
wanita hanya karena menjaga pandangan mata dan memelihara nafsunya atau untuk
mempererat hubungan kasih-sayang (silaturrahim), maka Allah akan membarakahi
laki-laki itu dan memberi kebarakahan yang sama pada wanita itu sepanjang
ikatan pernikahannya." Mudah-mudahan Allah memberikan taufik dan hidayah
kepada kita, kemudian melimpahkan barakah dan ridha-Nya. Allahumma
amin.
Surga itu adalah Pernikahan
Jika
ada surga di dunia, maka surga itu adalah pernikahan yang bahagia.
Tetapi jika ada neraka di dunia, itu adalah rumah tangga yang penuh
pertengkaran dan kecurigaan-kecurigaan yang menakutkan di antara suami dan
istri.
Selengkapnya,
mari kita simak kisah pernikahan Uqail bin Abu Thalib dengan seorang wanita
dari kalangan Bani Jasym. Seperti lazimnya upacara pernikahan, tamu-tamu
berdatangan. Dan seperti lazimnya upacara pernikahan di masa sekarang, para
tamu ketika itu memberi ucapan selamat sekaligus sebagai do'a. "Semoga
bahagia dan banyak anak," kata para tamu kepada pengantin laki-laki.
Menerima ucapan selamat seperti itu, Uqail segera teringat Rasulullah Muhammad shallallahu
'alaihi wasallam. Kemudian ia berkata, "Jangan kalian mengatakan
demikian, karena sesungguhnya Rasulullah Saw. telah melarang hal
tersebut." "Kalau demikian," kata mereka, "apakah yang
harus kami katakan, wahai Abu Zaid?" "Katakanlah oleh kalian,"
jawab Uqail, "Semoga Allah membarakahi Anda sekalian dan
melimpahkan barakah kepada Anda. Demikian yang diperintahkan kepada
kita." Hadis ini mengajarkan kepada kita bahwa yang paling penting untuk
dicari dalam pernikahan bukan kebahagiaan. Yang paling penting justru barakah,
konsep yang sangat sering terdengar tetapi tidak banyak diketahui artinya.
Men-do'akan pengantin baru agar dapat mencapai pernikahan yang bahagia dan
sekaligus banyak anak dilarang (makruh). Sebaliknya, sunnah bagi kita
mendo'akan saudara kita yang menikah dengan do'a semoga Allah memberkahimu
(barokallah). Mudah-mudahan pernikahan itu barakah bagi pengantinnya
dan barakah atas pengantin-nya, yakni barakah pernikahan tersebut
juga terasakan oleh orang-orang di sekelilingnya. Kalau begitu, apakah
"bahagia dan banyak anak" meru-pakan kata yang tabu dalam pernikahan
yang Islami? Bukan begitu.
Islam
justru mengingatkan kita agar tidak melupakan kriteria memilih istri agar dapat
memperoleh kesenangan dan banyak anak. "Kawinilah wanita yang subur
rahimnya (waluud) dan pencinta," Rasulullah Saw. juga pernah
menganjurkan, "Pilihlah yang masih gadis karena ia lebih manis mulutnya,
lebih dalam kasih-sayangnya, lebih terbuka, dan lebih menginginkan kemudahan."
Tetapi
ada yang unik. Kita dilarang mendo'akan orang yang menikah agar mendapat
kebahagiaan dan banyak anak dalam pernikahannya. Kita diminta untuk mendo'akan
mereka semoga Allah membarakahi pengantin itu dan melimpahkan barakah
bagi mereka. Yang pertama, mendo'akan agar mereka menjadi suami
istri yang penuh barakah, sehingga sekelilingnya ikut terkena barakahnya.
Yang kedua, mendo'akan agar mereka mendapatkan barakah. Mengapa
kita disuruh mendo'akan dengan do'a barakah dan tidak dengan do'a banyak
anak, padahal ada beberapa anjuran untuk memperbanyak anak? Sekali lagi, Allahu
A'lam bishawab.
Ketika
bertemu kawan, kita juga mendo'akan barakah. Tapi sebelum sampai kepada barakah,
kita mendo'akannya semoga Allah melimpahkan salam (kedamaian dan ketentraman)
dan rahmat. Maka kita pun mengucapkan assalamu-'alaikum warahmatullahi
wabarakatuh. Untuk mencapai barakah, orang terlebih dulu memperoleh salam
dan rahmat. Sebuah keluarga bisa barakah jika didalamnya ada sakinah.
Mereka merasakan ketenteraman. Dalam keadaan diguncang kesulitan atau dikarunia
kesuksesan, suami dan istri merasakan ketenteraman saat ber-dekatan. Ketika
suami datang dengan wajah kusam berlipat-lipat, istri memberi sambutan hangat
bersemangat. Wajahnya tetap teduh dan penuh perhatian sehingga suami semakin sayang.
Jika Anda mempunyai istri demikian, bersyukurlah. Anda sudah mendapatkan kunci
kebahagiaan.
Apabila
keluarga Anda penuh barakah dan Allah melimpahkan barakah atas keluarga
Anda, maka Anda akan mendapati rumah tangga yang diliputi oleh mawaddah wa
rahmah (ketulusan cinta dan kasih-sayang). Kalau suami resah, ada pangkuan
istri yang siap merengkuh dengan segenap perasaannya. Kalau istri gelisah, ada
suami yang siap menampung airmata dengan dekapan hangat di dada, serta usapan
tangan yang memberi ketenteraman dan perlindungan. Tanpa adanya sakinah,
mawaddah wa rahmah, keluarga sulit mencapai barakah dan penuh dengan
kebarakahan. Suami-istri tidak bisa saling mencurahkan kasih sayang secara
penuh. Mereka tidak bisa saling menerima, mempercayai dan memaafkan
kekurangan-kekurangan, padahal setiap kita selalu punya kekurangan. Di sini
keluarga dipenuhi oleh keluh-kesah dan kekecewaan. Bukan oleh keadaan ekonomi,
melainkan oleh ketidakpuasan terhadap teman hidupnya beserta keluarganya. Sehingga
interaksi antar keduanya menjadi kering. Bukan dari hati ke hati, sehingga
tidak saling merindukan. Pergi tiga hari saja tidak ditunggu-tunggu
kedatangannya. Apalagi sekedar terlambat pulang satu atau dua jam. Dalam
keadaan yang demikian, keluarga tidak menjadi tempat terbaik untuk membesarkan
anak dan menumbuhkan kekuatan jiwa mereka. Rumah menjadi tempat yang sempit,
sehingga anak-anak dan suami tidak menemukan kedamaian didalamnya. Meskipun
secara fisik, rumah cukup besar dan megah. Jadi, jika Anda mendo'akan barakah,
insya-Allah Anda juga mendo'akan sakinah, mawaddah wa rahmah bagi keluarga yang akan dibangun oleh
pengantin baru itu. Anda juga mendo'akan mereka mendapatkan keturunan yang barakah.
Biar anak banyak asal barakah, sungguh sangat alhamdulillah.
"Barangsiapa
menggembirakan hati seorang wanita (istri), "kata Rasulullah Saw., "seakan-akan
menangis karena takut kepada Allah. Barangsiapa menangis karena takut kepada
Allah, maka Allah mengharamkan tubuhnya dari neraka."
"Sesungguhnya
ketika seorang suami memperhatikan istrinya dan istrinya memperhatikan
suaminya," kata
Nabi Saw. menjelaskan, "maka Allah memperhatikan mereka ber-dua dengan
perhatian penuh rahmat. Manakala suaminya merengkuh telapak tangannya
(diremas-remas), maka bergu-guranlah dosa-dosa suami-istri itu dari sela-sela
jari-jemarinya." (Diriwayatkan Maisarah bin Ali dari Ar-Rafi' dari Abu
Sa'id Al-Khudzri r.a.).
Jika
pernikahan Anda barakah, insyaAllah Anda mendapati pernikahan sebagai jalan
yang menyelamatkan. Siapa saja yang memperoleh keselamatan? Anda sendiri, istri
atau suami Anda, anak-cucu serta orangtua Anda, termasuk mertua. Mereka akan
saling tolong menolong dengan amalnya sepanjang anak, istri, orang tua dan mertua
tetap dalam keimanan dan takwa. Mereka yang derajat amalnya kurang
disusulkan kepada yang derajat amalnya
lebih tinggi.
Allah Swt. menjanjikan hal ini dalam
surat Az-Zukhruf ayat 70, Masuklah ke surga beserta istri kamu untuk
digembirakan. Kemudian, di dalam surat Ar-Ra'd ayat 23, Allah Swt. mengabarkan,
Surga 'Adn, mereka masuk ke dalamnya bersama mereka yang saleh di antara
orangtua mereka, istri-istri mereka, dan keturunan mereka.
Apabila ingin sungguh-sungguh untuk
segera melangsungkan pernikahan, Semoga Allah Swt. menolong mereka yang telah mempunyai
niat. Kalau belum lurus niatnya, mudah-mudahan Allah mensucikan niat dan
prasangkanya. Kalau telah kuat tekadnya (‘azzam), semoga Allah
menyegerakan terlaksananya pernikahan yang barakah dan dipenuhi
ridha-Nya. Kalau mereka masih terhalang, mudah-mudahan Allah melapangkan dan
kelak memberikan keturunan yang shalih-shalihah. Allahumma amin
Penutup Doa
Semoga
Allah menghimpun yang terserak dari keduanya, memberkati mereka berdua,
meningkatkan kualitas keturunan mereka, menjadikkaan mereka pembuka pintu-pinttu
rahmat, sumber ilmu dan hikmat serta pemberi rasa aman bagi Umat. (Doa Nabi
Muhammad SAW pada pernikahan putri beliau Fatimah Az-zahra dengan Ali bin Abi
Thalib)
Ya Allah limpahkanlah shalawat dan
salam kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarganya.
Ya Allah Ya Hamid, Engkaulah sang pemilik pujian. Kami panjatkan puji syukur
kehadirat-Mu, karena-Mu kami dapat melaksanakan perintah-Mu dan nabi Agung
Muhammad SAW.
Ya Allah Ya Haadi, Engkaulah sang penuntun hati, jadikanlah kami pasangan suami
istri yang saling dapat menjaga kehormatan, saling menghibur tatkala sedang
berduka dengan bersabar, saling mengingatkan
untuk bersyukur tatkala bahagia, saling mendoakan dalam kebaikan,
ketaqwaan dan saling menyempurnakan dalam beribadah kepada-Mu.
Ya Allah sang pemilik berkah,
karuniakanlah berkah-Mu kepada kami, agar rumah tangga kami menjadi sakinah/
tenang tentram, mawaddah wa rohmah serta penuh amanah kini ataupun nanti.
Jadikanlah rumah tangga kami penuh kerinduan, sebagaimana rumah tangga Nabi
Adam dan ibu Hawa, rumah tangga yang penuh berkah, seberkah rumah tangga
Rasulullah SAW dan Siti Khajidah, rumah tangga yang tahan uji, sebagaimana
rumah tangga Ali bin Abi Thalib dan Siti Fatimah Az-zahra.
Wahai sang penyejuk hati, kami memohon
kepada-Mu Ya Allah tetapkanlah hati kami
dalam agama-Mu agar hati dan rumah tangga kami selalu sejuk sehingga lebih
dapat mendorong untuk dekat dan bersyukur kepada-Mu.
Ya Allah Ya Qowiyyu, kami memohon
kepada-Mu hati yang kuuat tubuh yang sehat agar kami dapat menjalankan
perintah-Mu sebagai hamba-Mu serta kuat dalam menghadapi segala rahmat yang datang dari-Mu. Kami meminta kepada-Mu Ya Allah keridhaan
setelah keputusan-Mu.
Ya Allah Engkaulah sang pemilik ksempurnaan, sempurnakanlah
kebahagiaan kami dengan menjadikan
pernikahan ini sebagai ibadah kepada-Mu sekaligus sebagai bukti pengikat cinta
kami kepada Rasul-Mu. Kelak
tingkatkanlah kualitas generasi penerus, menjadi pembuka pintu rahmat, sumber
ilmu dan hikmah serta pemberi rasa aman kepada umat.
Ya Allah Ya ‘Aziz Ya Rozzaq,
cukupkanlah kami dengan rizki-Mu yang halal dan cukupkanlah kami dari karunia-Mu.
Ya Allah sesuungguhnya kami memohon
kehadirat-Mu, agar Engkau berikan yang terbaik dii dunia ini yang halal
dan agar Engkau berikan manfaat kepada
kami dengan sebaik-baaik usaha yang
Engkau ridhai. Ya Allah berikan taufiq
dalam usaha yang Engkau ridhai
dan hindarkanlah kami dari sebab-ssebab kemurkaan-Mu serta dari maksiat
kepada-Mu, Ya Allah ampunilah kami...Amin Ya
Robbal Alamin.
Pesan-pesan
”Antara dua hati,
bersatu karena rahmat, berjalan karena niat, bersama karena doa-doa terbaik....
” (Triana Yuniarsih)
”Bila cinta mulai
tumbuh di hati, rawatlah cinta dengan mengharap ridha-Nya. Jangan membiarkannya tumbuh secara liar dan tak
terawat. Cinta yang tumbuh dan terawat dengan didasari cinta kepada Rabb-Nya,
niscaya akan membawa kebahagiaan. ” (Siti Fathonahtul Munawaroh)
“Cinta adalah
tanggung jawab dan komitmen, karena komitmen selalu bisa mendatangkan cinta
tapi tidak semua cinta bisa menghasilkan komitmen untuk tumbuh dan berkembang
untuk saling memperbaiki diri, untuk saling membahagiakan dan untuk menua
bersama. Ikatan pernikahan ini bukanlah akhir dari sebuah cerita dan perjalanan. Tetapi ini adalah awal dari
sebuah cerita yang akan kalian rangkai menjadi cerita paling indah. Semoga
perjalanan kalian adalah yang diberkahi, langkah yang diridhai dan
perjalanan yang dapat menghantarkan
menuju jannah-Nya.” Amin (Muflikhatus Sholihah)
“Cinta itu selalu
ingin memberi bukan meminta. Dia selalu dipenuhi rasa kasih sayang.” (Emy
Muzdalifah)
”Jangan nikahi orang
yang engkau pikir engkau bisa hidup denganya tetapi nikahilah seseorang yang
engkau pikir tak bisa hidup tanpanya. ” (Fenty
Kristiana)
”Jika Tuhan
menciptakan mentari di siang hari untuk menerangi kehidupanmu, maka Tuhan juga
mendatangkan sosok yang siap menerangi gelapnya jalan kehidupanmu...semoga ia
benar-benar sosok penerang itu....barokallah. ” (Ar-rahmah)
”Jodoh itu bukan
karena sepadan atau tidak. Cocok menurut pandangan orang atau tidak, tapi jodoh
itu takdir dari Sang Maha Cinta dan karunia dari-Nya berupa keyakinan hati
untuk saling memilih diantara deretan pilihan terbaik. ” (Amanah Fitria)
“Jodoh itu unik, yang
dikejar menjauh yang tanpa sengaja mendekat. Yang diimpikan tak berujung
pernikahan. Yang tak pernah dipikirkan dipelaminan. *JODOH*.” (Siti Qudsiyah)
“Kesetiaan akan
membuatmu tetap bersama dan kesabaran jadi motivasimu untuk tetap setia.”
Setiap saat yang engkau lalui carilah alasan untuk bahagia, setelah itu
bahagiakan pasanganmu.” ”Pernikahan adalah tanda ketaqwaan kepada Tuhan-Nya.”
(Hendrik Subandrio)
“Lelakiku,,tak sabar hati ini mennggu hari dimana engkau halal sebagai lelakiku, imamku
dalam kehidupanku dan ayah untuk keturunanku. Hari itu kita akan berseru
menyatukan qalbu di depan penghulu, dengan suka cita ku berdoa agar aku kelak
mampu menjadi istri yang menemanimu dalam segala warna kehidupan.” (Husnul
Khotimah)
”Manusia tanpa cinta
bagaikan malam tanpa bintang, (ingat) cinta tanpa ikatan (pernikahan) bagaikan
kopi tanpa gula (pahit rasanya. ” (Minanurrohman)
”Mencintai bukan hanya sekedar mengucap kata i love u,
tapi membuktikan dengan ijab kabul dan
setiamu..... ” ”Pernikahan itu salah satu kunci untuk lebih dekat pada-Nya. ”
(Eka Kartini)
”Membina rumah tangga
yang bahagia kuncinya Cuma 1 : saling menerima. ” (Dewi Setiawati)
“Pernikahan adalah
awal baru dalam kehidupan, awal dari kebahagiaan dan kebersamaan. Jadikan
pernikahan kalian sebagai ladang ibadah kepada-Nya. Selamat menempuh hidup baru
kakakku...” (SKN)
“Prinsip dua insan
untuk menyatu dalam tali pernikahan itu bukan atas dasar prosentase kecocokan,
bukan itu. Namun ia dibangun di atas sekian banyak perbedaan. Menikah adalah
menyatukan perbedaan. Ada kompromi dan saling memaklumi. Dan akan ada banyak
hal natinya, mungkin keduanya harus sepakat dalam ketidaksepakatan. (Aziz
Ahmad)
Rasulullah SAW pernah
berkata pada Aisyah: “CINTAKU PADAMU BAGAIKAN UNTAIAN TALI.” Aisyahpun
tersenyum tersipu. Kemudian setiap kali Aisyah
berpapasan dengan Rasulullah ia bertanya: “Bagaimana untaian tali itu ya
Rasulullah?” Rasulullah pun menjawab: “Ia masih sama saja keadaannya seperti
semula.” (Ahmad Sholeh)
“Ruh itu sebelum
ditiupkan ke dalam janin sifatnya bersih, suci, tapi pada saatnya ruh akan
menyesuaikan jasadnya. Maka bai calon istri, calon ibu, marilah kita persiapkan
jasad ini dengan bijak supaya tidak terjadi perceraian antara ruh dan jasad
karena salah satu tujuan menikah adalah memperoleh keturunan, tentunya yang
sholeh-sholikhah. Amin (Sarti’ah)
Daftar pustaka
Al-Fauzan, Al-‘Allamah Shalih Fauzan. Bekal-bekal
Pernikahan. terj Al-Akh Syafruddin. http://dear.to/abusalma,
2016.
Bahtiar, Deni Sultan. Ladang Pahala
Cinta Berumah Tangga Menuai Berkah. Jakarta: Amzah, 2012.
Lajnah Pentashih Mushaf Al-qur’an Departemen Agama R.I, Al-qur’an dan Terjemahanya.
Semarang: CV Alwaah, 1993.
Lusiana, Elvi. 100 Kesalahan dalam
Pernikahan. Jakarta: Qultum Media, 2011
Ngafiyah,
Siti & Maksum. Kado Pernikahan. Wonosobo: Siti Ngafiyah &
Maksum, 2012.
Muhammad,
Asy-syekh Al-imam Abu. Terj. K.H. Misbah Mustofa. Qurrotul Uyun; Berbulan Madu
Menurut Ajaran Rasulullah. Rembang; al-Balagh, 1997.